Majalah Kesehatan https://majalahfk.ub.ac.id/index.php/mkfkub <p><strong>Mission</strong></p> <p>Majalah Kesehatan is an influential venue for high quality of research, literature reviews and case reports in health science. We will make them visible as well as accessible for researchers, educators, health professional, policymaker and public communities. We elaborate excellent work from basic medicine, clinical medicine, and public health to make greater impact in health field.</p> <p>Majalah Kesehatan has been nationally accredited at SINTA 2 by Directorate General of Strengthening for Research and Development, The Ministry of Research, Technology, and Higher Education Republic of Indonesia (SK No. 158/E/KPT/2021). The accreditation period covers volume 6 issue 4, 2019 until volume 11 issue 3, 2024.</p> <p><strong>P-ISSN <a href="http://issn.pdii.lipi.go.id/issn.cgi?daftar&amp;1180425824&amp;1&amp;&amp;" target="_BLANK">1907-8803</a></strong><br /><strong>E-ISSN <a href="http://issn.pdii.lipi.go.id/issn.cgi?daftar&amp;1452130909&amp;1&amp;&amp;" target="_BLANK">2548-7698</a></strong></p> en-US majalahkesehatan@ub.ac.id (Dr. dr. Nia Kurnianingsih, MBiomed.) majalahkesehatan@ub.ac.id (Asnah Hidayati, SSi. MSi) Tue, 05 Mar 2024 00:00:00 +0000 OJS 3.3.0.13 http://blogs.law.harvard.edu/tech/rss 60 HUBUNGAN ANTARA KADAR HEMOGLOBIN A1C DAN NON ARTERITIK ANTERIOR ISKEMIK OPTIK NEUROPATI PADA PASIEN SINDROMA METABOLIK https://majalahfk.ub.ac.id/index.php/mkfkub/article/view/845 <p>Kebutaan merupakan masalah kesehatan utama di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, dan diperkirakan akan semakin meningkat dari waktu ke waktu. Hemoglobin A1c (HbA1c) adalah komponen hemoglobin yang berikatan dengan glukosa dan dapat memprediksi penyakit mikrovaskuler pada pasien diabetes. HbA1c juga diharapkan dapat menjadi biomarker untuk Neuropati Optik Iskemik Anterior Anterior (NAAION) pada pasien sindrom metabolik (SM). Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara HbA1c dan NAAION. Penelitian ini melibatkan 45 pasien yang dibagi menjadi tiga kelompok: kelompok kontrol (15 pasien, 30 mata), kelompok pasien SM tanpa NAAION (15 pasien, 30 mata), dan kelompok pasien SM dengan NAAION (15 pasien, 22 mata). Evaluasi saraf optik meliputi retinal nerve fiber layer (RNFL) dari OCT, sensitivitas kontras dari tes Pelli Robson, dan penilaian cacat lapang pandang (VFD) dari perimetri Humprey. Data dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji korelasi Kruskal-Wallis dan Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar HbA1c berbeda secara signifikan di antara ketiga kelompok (p = 0,000). Kadar HbA1c rata-rata adalah 5,37% untuk kelompok kontrol, 6,75% untuk pasien MetS tanpa NAAION, dan 7,99% untuk pasien MetS dengan NAAION. Terdapat korelasi negatif yang signifikan antara HbA1c dan defek lapang pandang (p = 0,000, r = -0,568), dan antara HbA1c dan sensitivitas kontras (p = 0,000, r = -0,524). Akan tetapi, terdapat korelasi positif yang signifikan antara HbA1c dan RNFL.</p> Seskoati Prayitnaningsih, Yeni Rahman, Aulia Abdul Hamid, Rulli Rosandi Copyright (c) 2024 Majalah Kesehatan https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 https://majalahfk.ub.ac.id/index.php/mkfkub/article/view/845 Wed, 13 Mar 2024 00:00:00 +0000 PERSEPSI CITRA TUBUH REMAJA DI KOTA BOGOR https://majalahfk.ub.ac.id/index.php/mkfkub/article/view/631 <p><span style="font-weight: 400;">Gizi lebih atau gizi kurang merupakan masalah yang banyak terjadi pada remaja di Indonesia. Terdapat berbagai faktor yang dapat menentukan status gizi yang nantinya akan berdampak pada citra tubuh atau </span><em><span style="font-weight: 400;">body image</span></em><span style="font-weight: 400;"> seperti kebiasaan makan, pengetahuan gizi, kebiasaan olahraga maupun yang lainnya. Citra tubuh pada saat ini menjadi perhatian penting bagi remaja karena dapat menunjang penampilan secara fisik dan menambah kepercayaan diri. Dimana perubahan perilaku remaja seperti kebiasaan makan, olahraga dapat mempengaruhi ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan faktor determinan (pengetahuan gizi, kebiasaan olahraga, kebiasaan makan) dengan citra tubuh remaja. Penelitian ini menggunakan observasional analitik dengan pendekatan </span><em><span style="font-weight: 400;">cross-sectional</span></em><span style="font-weight: 400;"> pada 57 remaja yang dipilih dengan menggunakan metode </span><em><span style="font-weight: 400;">simple random sampling</span></em><span style="font-weight: 400;">, data yang terkumpul menggunakan instrumen </span><em><span style="font-weight: 400;">Body Shape Questionnaire-34</span></em><span style="font-weight: 400;"> (BSQ) untuk mengukur citra tubuh, instrumen </span><em><span style="font-weight: 400;">Adolescent’ Food Habits Checklist</span></em><span style="font-weight: 400;"> (AFHC) untuk mengukur kebiasaan makan dan dianalisis menggunakan uji</span><em><span style="font-weight: 400;"> chi-square</span></em><span style="font-weight: 400;">. Hasil dari penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan gizi (p = 0,000), kebiasaan olahraga (0,000) dengan citra tubuh, sedangkan kebiasaan makan (p = 0,706) tidak memiliki hubungan dengan citra tubuh, dan jenis kelamin (p = 0,423) tidak memiliki hubungan dengan citra tubuh. Remaja yang memiliki pengetahuan baik dan kebiasaan olahraga yang rutin memiliki citra tubuh yang puas atau positif, sedangkan remaja yang memiliki kebiasaan makan yang buruk dengan ketidakpuasan terhadap citra tubuh. Diharapkan remaja dapat menjalani kebiasaan makan yang baik seperti mengkonsumsi sayuran dan tidak melewatkan sarapan, serta untuk melakukan olahraga untuk keseimbangan tubuh.</span></p> Ade Saputra Nasution, Resty Jayanti, Fikria Nur Ramadani Copyright (c) 2024 Majalah Kesehatan https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 https://majalahfk.ub.ac.id/index.php/mkfkub/article/view/631 Wed, 03 Apr 2024 00:00:00 +0000 PERBEDAAN GAMBARAN PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP PRE DAN PASCA TERAPI TUBERKULOSIS FASE INTENSIF PADA PEDIATRI https://majalahfk.ub.ac.id/index.php/mkfkub/article/view/537 <p>Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit kronis yang banyak ditemui di Indonesia. Terapi yang diperlukan untuk mengeradikasi bakteri penyebab TBC (<em>Mycobacterium tuberculosis</em>) membutuhkan waktu setidaknya 6 bulan, yaitu 2 bulan fase intensif diikuti 4 bulan fase lanjutan. Selama ini, monitoring hasil terapi dilakukan setelah fase intensif dengan melakukan pemeriksaan mikrobiologis. Namun, pemeriksaan mikrobiologis kurang sensitif dan lebih sulit dilakukan khususnya pada anak sehingga diperlukan pemeriksaan lain yang lebih sederhana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil hematologi yaitu profil eritrosit, leukosit, dan trombosit pre dan pasca terapi fase intensif obat antituberkulosis pada anak. Penelitian observasional analitik berdesain kohort prospektif dilakukan terhadap 90 pasien anak. dengan TBC paru maupun ekstra paru di Poli Kesehatan Anak RSUD dr. Saiful Anwar (RSSA) Malang pada Februari hingga Desember 2018. Hasil penelitian menggambarkan bahwa pada pasca terapi, jumlah leukosit (p = 0,036), neutrofil (p = 0,020), trombosit (p = 0,008), dan PCT (p = 0,015) lebih rendah namun jumlah limfosit (p = 0,037) lebih tinggi; sedangkan monosit, hemoglobin, indeks eritrosit, RDW, dan MPV tidak berbeda bermakna. Sekalipun demikian, jumlah leukosit, neutrofil, trombosit, <em>plateletcrit</em> (PCT) yang menurun serta jumlah limfosit yang lebih tinggi tidak berkorelasi dengan respons terapi pada TBC anak. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat penurunan leukosit, neutrofil, trombosit, PCT, dan peningkatan limfosit akan tetapi tidak berhubungan dengan respons pengobatan.</p> Agustin Iskandar, Ery Olivianto, Rininta Dewi Syahfitri, Luluk Maisaroh, Ferine Ludytajati, Andrea Aprilia Copyright (c) 2024 Majalah Kesehatan https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 https://majalahfk.ub.ac.id/index.php/mkfkub/article/view/537 Sun, 31 Mar 2024 00:00:00 +0000 SELF-HYPNOSIS MENURUNKAN KECEMASAN PADA IBU HAMIL https://majalahfk.ub.ac.id/index.php/mkfkub/article/view/655 <p>Kecemasan adalah kondisi emosional yang dapat terjadi karena adanya ketidaknyamanan selama kehamilan. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kecemasan ibu hamil dapat memicu terjadinya hipertensi, BBLR dan mengganggu perkembangan otak janin, sehingga diperlukan upaya untuk mengatasi masalah tersebut. <em>Self-hypnosis</em> adalah hipnosis yang dilakukan secara mandiri oleh ibu hamil. Melalui teknik relaksasi ini, memungkinkan ibu hamil mencapai keadaan pikiran yang tenang dan nyaman sehingga berpengaruh terhadap kecemasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh <em>self-hypnosis</em> terhadap kecemasan ibu hamil di Klinik Kesehatan Kabupaten Malang. Desain penelitian adalah <em>pre experimental</em> <em>pre post test design</em>. Semua ibu hamil Trimester II-III yang mengikuti kelas ibu hamil dan memenuhi kriteria inklusi menjadi responden yaitu sejumlah 31 orang. <em>Sampling </em>yang digunakan adalah <em>accidental sampling</em> selama 3 bulan. Uji statistik Wilcoxon menunjukkan <em>P </em><em>value</em> = 0,000 &lt; 0,05. Hasil ini menggambarkan bahwa <em>self-hypnosis</em> dapat menurunkan tingkat kecemasan ibu hamil. Dengan demikian para tenaga kesehatan dapat melatih ibu hamil untuk melakukan <em>self-hypnosis</em>. </p> <p> </p> <p><strong> </strong></p> Lilik Indahwati, Farahmita Yulismaulidya, Frilya Rachma Putri, Mustika Dewi, Sumi Lestari Copyright (c) 2024 Majalah Kesehatan https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 https://majalahfk.ub.ac.id/index.php/mkfkub/article/view/655 Tue, 16 Apr 2024 00:00:00 +0000 FAKTOR RISIKO AKUISISI BAKTERI CARBAPENEM-RESISTANT Acinetobacter baumannii PADA PASIEN DENGAN VENTILATOR ASSOCIATED PNEUMONIA https://majalahfk.ub.ac.id/index.php/mkfkub/article/view/610 <p><em>Carbapenem-resistant </em><em>Acinetobacter baumanii</em> (CRAB) merupakan bakteri patogen prioritas penyebab <em>Ventilator Associated Pneumonia</em> (VAP) dengan pilihan antibiotik terbatas sehingga meningkatkan angka kematian dan biaya perawatan. Di Indonesia, faktor yang menentukan penularan bakteri CRAB pada pasien VAP belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko akuisisi bakteri CRAB pada pasien VAP yang meliputi gender, umur, durasi penggunaan ventilator mekanik, durasi perawatan di <em>Intensive Care Unit </em>(ICU), riwayat intubasi ulang, riwayat penyakit penyerta, durasi terapi antibiotik meropenem, dan skor APACHE II. Penelitian <em>case-control</em> dilakukan sejak bulan Juni 2018 hingga Juni 2019 di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Pada penelitian ini sebanyak 12 orang pasien VAP dengan akuisisi bakteri CRAB sebagai kelompok kasus dan 12 pasien VAP dengan akuisisi <em>Carbapenem-susceptible Acinetobacter baumannii </em>(CSAB) sebagai kelompok kontrol dianalisis faktor risikonya. Hasil penelitian menunjukkan durasi perawatan di ICU lebih dari 8 hari (OR = 10, 95%CI = 1,360-81,053; p = 0,024) serta durasi terapi meropenem lebih dari 5 hari (OR = 17,9, 95%CI = 1,267-250,000; p = 0,032) berhubungan dengan akuisisi CRAB pada pasien VAP. Kesimpulan penelitian ini bahwa perawatan di ICU lebih dari 8 hari dan penggunaan meropenem lebih dari 5 hari merupakan faktor risiko akuisisi CRAB pada pasien VAP. Tindakan pencegahan akuisisi CRAB sangat penting pada pasien yang terpasang ventilator mekanik di ICU<em>.</em></p> Dewi Santosaningsih, Evira Natasya Yusuf, Arie Zainul Fatoni Copyright (c) 2024 Majalah Kesehatan https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 https://majalahfk.ub.ac.id/index.php/mkfkub/article/view/610 Tue, 05 Mar 2024 00:00:00 +0000 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA KEBIDANAN SELAMA MASA PANDEMI COVID-19 https://majalahfk.ub.ac.id/index.php/mkfkub/article/view/607 <p>Pandemi COVID-19 membuat perubahan yang signifikan pada seluruh aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Demikian juga dengan pendidikan kebidanan yang sangat penting sebagai garda terdepan untuk kesehatan ibu dan anak pada masa pandemi. Di sisi lain, pandemi juga berdampak pada tingkat kecemasan seseorang. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada mahasiswa Kebidanan di Indonesia selama masa pandemi COVID-19. Penelitian <em>cross-sectional </em>ini mencakup 128 mahasiswa Kebidanan dari empat wilayah Indonesia. Hasil menununjukkan bahwa mayoritas mahasiswa mengalami tingkat kecemasan sedang (86,7%). Riwayat positif COVID-19, risiko COVID-19, belajar dari rumah tidak memiliki hubungan dengan tingkat kecemasan mahasiswa Kebidanan selama masa pandemi COVID-19 (p ≥ 0,05). Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan (p = 0,016, Spearman’s rho = -0,212<em>)</em> dan riwayat sakit kronis (p = 0,003) dengan tingkat kecemasan mahasiswa Kebidanan selama masa pandemi. Kesimpulan yang didapatkan adalah semakin tinggi tingkat pendidikan mahasiswa Kebidanan, maka semakin rendah tingkat kecemasan. Oleh karena itu, pemantauan kondisi dan dukungan psikologis pada mahasiswa, khususnya penting untuk dilakukan.</p> Mergy Gayatri, Ratna Diana Fransiska, Ningrum Paramita Sari, Krisjenta Iffah Agustasari Copyright (c) 2024 Majalah Kesehatan https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 https://majalahfk.ub.ac.id/index.php/mkfkub/article/view/607 Wed, 06 Mar 2024 00:00:00 +0000 TOPIKAL TAKROLIMUS 0,1% OINTMENT DALAM PENGOBATAN LIKEN AMILOIDOSIS https://majalahfk.ub.ac.id/index.php/mkfkub/article/view/608 <p>Liken amiloidosis (LA) adalah penyakit yang jarang ditemukan dan etiologinya masih belum jelas, diduga berhubungannya dengan garukan dan gesekan berulang. Manajemennya merupakan tantangan karena berbagai modalitas terapi memberikan berbagai hasil. Takrolimus topikal adalah salah satu pilihan modalitas terapeutik yang dapat digunakan untuk kasus-kasus yang tidak responsif terhadap kortikosteroid. Tujuan dari pelaporan kasus ini adalah untuk mempresentasikan suatu kasus liken amyloidosis yang mengalami perbaikan dari lesi kulit dan pengurangan rasa gatal dengan penggunaan topikal takrolimus. Seorang wanita berusia 43 tahun mengeluhkan sejumlah besar benjolan hitam dan merasa gatal di daerah tulang kering di kedua tungkai bawah sejak 3 tahun lalu. Pemeriksaan <em>visual analoque scale</em> (VAS) rasa gatal bernilai 8. Pada pemeriksaan fisik didapatkan multipel papul hiperpigmentasi dan hiperkeratotik yang tersebar membentuk plak ireguler, batas tegas, nampak seperti <em>rippled pattern</em>. Pemeriksaan histopatologis menggunakan pewarnaan <em>Congo red</em> diperoleh badan amiloid pada papilari dermis. Pasien diterapi menggunakan topikal takrolimus 0,1% ointment. Setelah 6 minggu perawatan, terdapat penurunan VAS sebesar 5 poin dan perubahan ketebalan lesi menjadi lebih tipis. Manajemen liken amiloidosis sulit dan tidak selalu berhasil. Adanya faktor gesekan berulang diduga berperan dalam penyebab pembentukan deposit amiloid sehingga pengobatan LA juga harus diarahkan untuk mengurangi gatal dan menghentikan garukan. Kerusakan keratinosit pada LA dapat terjadi sebagai hasil awal apoptosis yang dapat menyebabkan terbentuknya deposit amyloid. Pada pasien ini penggunaan takrolimus terbukti efektif, hal ini dimungkinkan takrolimus bertindak sebagai anti apoptosis dalam patogenesis LA.</p> Suci Prawitasari, Vina Listy Pramita Copyright (c) 2024 Majalah Kesehatan https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 https://majalahfk.ub.ac.id/index.php/mkfkub/article/view/608 Fri, 19 Apr 2024 00:00:00 +0000 SITOKIN SEBAGAI PREDIKTOR MORTALITAS CORONAVIRUS DISEASE-19 (COVID-19) : SYSTEMATIC REVIEW https://majalahfk.ub.ac.id/index.php/mkfkub/article/view/534 <p>Peningkatan kadar sitokin berperan pada terjadinya badai sitokin yang menyebabkan sindrom distres nafas dan kerusakan organ sehingga banyak studi yang mengungkapkan hubungan peningkatan sitokin terhadap keparahan Coronavirus Disease-19 (COVID-19). Sitokin yang dilaporkan berhubungan dengan keparahan penyakit ternyata tidak selalu terbukti berhubungan dengan mortalitas pada COVID-19. Kami melakukan <em>review</em> hubungan sitokin dengan mortalitas COVID-19 dan potensinya sebagai biomarker prediktor mortalitas COVID-19. <em>Review </em>literatur secara sistematik dilakukan pada database <em>PubMed</em> dan <em>ScienceDirect.</em> Kata kunci yang digunakan adalah <em>‘cytokine’, ‘mortality’, </em>‘COVID-19’, dan <em>‘</em><em>p</em><em>redictor</em><em>’</em><em>.</em> Hanya studi observasional yang membahas hubungan antara sitokin dengan mortalitas pada COVID-19 yang masuk sebagai kriteria inklusi. Didapatkan 15 artikel yang relevan dan melaporkan hubungan sitokin dengan mortalitas COVID-19. Peningkatan kadar sitokin IL-6 berhubungan pada mortalitas pada sepuluh studi. Peningkatan TNF-α dan IL-8 memiliki hubungan dengan mortalitas dan dilaporkan pada empat studi. Peningkatan IL-10 berhubungan dengan mortalitas pada tiga studi. Beberapa sitokin lain diungkapkan hubungannya dengan mortalitas tetapi hanya terbukti pada satu studi, antara lain peningkatan kadar IFN-γ, IL-1β, dan MCP-1. Dapat disimpulkan, sitokin IL-6 berhubungan dengan mortalitas pada COVID-19. Sitokin TNF-α, IFN-γ, IL-8, IL-10, IL-1β, dan MCP-1 tidak banyak dilaporkan hubungannya dengan mortalitas pada COVID-19. Akan tetapi sitokin tersebut memiliki hubungan dengan keparahan penyakit COVID-19 sehingga memiliki potensi untuk diteliti lebih lanjut sebagai prediktor mortalitas pada COVID-19.</p> Agustin Iskandar, Khoirunisah Dwi Hartanti Copyright (c) 2024 Majalah Kesehatan https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 https://majalahfk.ub.ac.id/index.php/mkfkub/article/view/534 Tue, 05 Mar 2024 00:00:00 +0000