Majalah Kesehatan
https://majalahfk.ub.ac.id/index.php/mkfkub
<p><strong>Mission</strong></p> <p>Majalah Kesehatan is an influential venue for high quality of research, literature reviews and case reports in health science. We will make them visible as well as accessible for researchers, educators, health professional, policymaker and public communities. We elaborate excellent work from basic medicine, clinical medicine, and public health to make greater impact in health field.</p> <p>Majalah Kesehatan has been nationally accredited at SINTA 2 by Directorate General of Strengthening for Research and Development, The Ministry of Research, Technology, and Higher Education Republic of Indonesia (SK No. 158/E/KPT/2021). The accreditation period covers volume 6 issue 4, 2019 until volume 11 issue 3, 2024.</p> <p><strong>P-ISSN <a href="http://issn.pdii.lipi.go.id/issn.cgi?daftar&1180425824&1&&" target="_BLANK">1907-8803</a></strong><br /><strong>E-ISSN <a href="http://issn.pdii.lipi.go.id/issn.cgi?daftar&1452130909&1&&" target="_BLANK">2548-7698</a></strong></p>Faculty of Medicine Universitas Brawijayaen-USMajalah Kesehatan 1907-8803OPTIMASI METODE LOOP MEDIATED ISOTHERMAL AMPLIFICATION UNTUK DETEKSI GEN gyrB Mycobacterium tuberculosis PADA SPESIMEN URIN
https://majalahfk.ub.ac.id/index.php/mkfkub/article/view/596
<p>Salah satu metode alternatif untuk pemeriksaan tuberkulosis (TB) adalah <em>Loop Mediated Isothermal Amplification</em> (LAMP) dengan gen <em>gyrB</em> sebagai penandanya. Spesimen yang umumnya digunakan untuk pemeriksaan tersebut adalah sputum, namun proses pengambilan dan penanganannya cukup sulit. Maka dari itu, beberapa penelitian menyarankan menggunakan spesimen urin. Tujuan penelitian ini adalah menentukan kondisi optimum metode LAMP dalam mengamplifikasi gen <em>gyrB</em> dari <em>Mycobacterium tuberculosis</em> (MTB) pada spesimen urin. Spesimen urin yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penderita TB di Puskesmas Cimahi Selatan. Penelitian diawali dengan isolasi <em>deoxyribonucleic acid</em> (DNA) dari urin, lalu gen <em>gyrB</em> diamplifikasi dengan metode LAMP. Amplifikasi dilakukan pada berbagai varian suhu yaitu 59–62 <sup>o</sup>C dan konsentrasi DNA <em>template</em> sebesar 25 ng/µL, 50 ng/µL, 100 ng/µL serta 200 ng/µL. Amplikon divisualisasi dengan metode elektroforesis agarose. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gen <em>gyrB</em> yang berukuran 320 bp hanya berhasil diamplifikasi dari DNA <em>template</em> dengan konsentrasi sebesar 100 ng/µL dan 200 ng/µL. Pita amplikon yang paling jelas dan tebal terlihat pada konsentrasi 200 ng/µL. Berdasarkan optimasi suhu amplifikasi diketahui bahwa gen <em>gyrB</em> berhasil diamplifikasi pada suhu 59–62 <sup>o</sup>C, namun pita yang paling tebal terbentuk pada suhu 61<sup>o</sup>C. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa gen <em>gyrB</em> dapat diamplifikasi secara optimum menggunakan metode LAMP pada suhu 61 <sup>o</sup>C dan dengan konsentrasi cetakan DNA sebesar 200 ng/µL.</p>Patricia Gita NaullySevyya Risna Putri HidashantiFini Ainun Qolbi Wasdili
Copyright (c) 2023 Majalah Kesehatan
https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0
2023-09-042023-09-0400PERBANDINGAN KADAR VITAMIN D PADA SERUM PASIEN COVID-19 DENGAN ANGGOTA KELUARGA SERUMAH YANG SEHAT
https://majalahfk.ub.ac.id/index.php/mkfkub/article/view/620
<p>Imunitas merupakan faktor penting dalam mencegah infeksi COVID-19. Vitamin D memiliki peran penting dalam mengatur dan menjaga sistem imun tubuh terutama terhadap infeksi virus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar serum vitamin D antara pasien COVID-19 dengan anggota keluarga serumah yang sehat. Penelitian ini merupakan penelitian <em>cross-sectional</em> dengan subjek penelitian berjumlah 72 responden dari 25 rumah tangga dengan salah satu anggota keluarganya menderita COVID-19. Penentuan status COVID-19 responden menggunakan pemeriksaan <em>real-time </em><em>PCR</em> (RT-PCR). Pasien COVID-19 ini dirawat di RSUD Abdoel Wahab Sjahranie atau menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing. Kadar vitamin D ditentukan dengan mengukur total kadar vitamin D 25-OH menggunakan metode <em>electrochemiluminescence immunoassay</em> (ECLIA) di laboratorium terstandarisasi. Data dianalisis menggunakan independent T-Test dengan signifikansi p<0,05. Rerata kadar serum vitamin D total responden adalah 20,25 ng/mL. Sebanyak 91,7% responden mengalami kekurangan vitamin D dengan rincian pasien COVID-19 memiliki rata-rata kadar serum vitamin D pasien COVID-19 sebesar 21,3 ng/mL (insufisiensi), sedangkan orang sehat adalah 19,2 ng/mL (defisiensi).. Tidak ada perbedaan yang signifikan kadar serum vitamin D antara pasien COVID-19 dengan anggota keluarga serumah yang sehat (p=0,231). Kesimpulan penelitian ini adalah tidak ada perbedaan yang signifikan pada kadar serum vitamin D pasien COVID-19 dengan anggota keluarga serumah yang sehat, namun prevalensi kekurangan vitamin D sangat tinggi.</p>Nataniel TandirogangMuhammad Khairul NuryantoYuliana Kartika NingrumRudi SaputraMeiliati Aminyoto
Copyright (c) 2023 Majalah Kesehatan
https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0
2023-09-042023-09-0400TERAPI PSIKORELIGI EFEKTIF MENINGKATKAN SELF-EFFICACY PASIEN LUPUS
https://majalahfk.ub.ac.id/index.php/mkfkub/article/view/585
<p><em>Self-efficacy</em> pasien lupus perlu ditingkatkan agar individu memiliki keyakinan dalam mendukung penerimaan terhadap keadaan sakit yang dialaminya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi psikoreligi terhadap <em>self-efficacy</em> pasien lupus di Yayasan Kupu Parahita Indonesia. Penelitian dilakukan dengan metode kuasi eksperimental tanpa kelompok kontrol dengan desain <em>one-group pretest-posttest design</em>. Sebanyak 16 sampel pasien lupus di Yayasan Kupu Parahita Indonesia dipilih acak atau <em>simple random sampling</em>, yang selanjutnya disesuaikan dengan kriteria yang telah ditentukan, kuesioner pengukur <em>self-efficacy</em> yang digunakan yaitu kuesioner <em>General Self-Efficacy</em> (GSE). Terapi psikoreligi yang diberikan dalam penelitian ini yaitu dengan menonton rangkaian video terapi berdurasi 28 sampai 30 menit seminggu sekali selama sebulan. Analisis statistik yang digunakan yaitu uji t berpasangan dengan α = 0,05. Hasil rerata <em>self-efficacy</em> (skor GSE) sebelum dan sesudah terapi adalah 28,25<u>+</u>1,81 dan 33,06<u>+</u>3,39 (<em>p </em>= 0,000). Dapat disimpulkan bahwa terapi psikoreligi efektif dalam meningkatkan <em>self-efficacy</em> pasien lupus. Hasil ini dapat dijadikan dasar terapi alternatif untuk meningkatkan <em>self-efficacy</em> pasien lupus dalam menghadapi sakitnya.</p>Elvira Sari DewiAyu Widia KusumaHeriberta Tabita Marta Dewi DewiTitin Andri WihastutiRidhoyanti HidayahNurul Evi
Copyright (c) 2023 Majalah Kesehatan
https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0
2023-09-042023-09-0400