https://majalahfk.ub.ac.id/index.php/mkfkub/issue/feedMajalah Kesehatan 2023-11-21T08:52:19+00:00Dr. dr. Nia Kurnianingsih, MBiomed.majalahkesehatan@ub.ac.idOpen Journal Systems<p><strong>Mission</strong></p> <p>Majalah Kesehatan is an influential venue for high quality of research, literature reviews and case reports in health science. We will make them visible as well as accessible for researchers, educators, health professional, policymaker and public communities. We elaborate excellent work from basic medicine, clinical medicine, and public health to make greater impact in health field.</p> <p>Majalah Kesehatan has been nationally accredited at SINTA 2 by Directorate General of Strengthening for Research and Development, The Ministry of Research, Technology, and Higher Education Republic of Indonesia (SK No. 158/E/KPT/2021). The accreditation period covers volume 6 issue 4, 2019 until volume 11 issue 3, 2024.</p> <p><strong>P-ISSN <a href="http://issn.pdii.lipi.go.id/issn.cgi?daftar&1180425824&1&&" target="_BLANK">1907-8803</a></strong><br /><strong>E-ISSN <a href="http://issn.pdii.lipi.go.id/issn.cgi?daftar&1452130909&1&&" target="_BLANK">2548-7698</a></strong></p>https://majalahfk.ub.ac.id/index.php/mkfkub/article/view/634Tinjauan Literatur: PERAN HESPERIDIN DAN DIOSMIN PADA TERAPI COVID-19 BERDASARKAN STUDI IN SILICO2023-03-15T03:47:21+00:00Raihan Shaquille Bukitv.yunivita@unpad.ac.idJulia Ramadhantiv.yunivita@unpad.ac.idVycke Yunivitav.yunivita@unpad.ac.id<p><em>Corona Virus Disease</em>-19 (COVID-19) yang disebabkan oleh <em>Severe Acute Respiratory Syndrome</em> <em>Corona Virus</em> 2 (SARS-CoV-2) menyebar dengan cepat di seluruh dunia. Para peneliti berupaya untuk menemukan terapi untuk penyakit ini. Strategi penemuan terapi ini salah satunya dengan menggunakan obat di luar indikasi asalnya<em> (drug repurposing)</em> yang lebih cepat diperoleh dan terjangkau dibandingkan penemuan obat baru. Hasil skrining terhadap obat yang sudah tersedia dan senyawa alami, menunjukkan hesperidin dan diosmin memiliki potensi untuk menginhibisi siklus hidup SARS-CoV-2. Hesperidin dan Diosmin dalam bentuk <em>Micronized Purified Flavonoid Fraction</em> (MPFF), sebelumnya digunakan sebagai pengobatan insufisiensi vena kronik. Tujuan penulisan kajian ini yaitu untuk mengkaji potensi hesperidin dan diosmin dalam menginhibisi jalur infeksi COVID-19. Metode yang digunakan pada kajian pustaka ini yaitu metode tinjauan pustaka naratif dengan pencarian literatur melalui database Google Scholar, Pubmed, dan ScienceDirect. Hasil kajian yang dilakukan menunjukkan dari 2012 jurnal didapatkan 16 jurnal <em>in silico </em>yang menunjukkan target pengobatan pada infeksi COVID-19 pada hesperidin dan diosmin diantaranya dapat menghambat reseptor <em>Angiotensin Converting Enzyme</em> 2 (ACE2) yang menjadi tempat SARS-CoV-2 berikatan dengan sel inang, menghambat aktivitas <em>Transmembrane Serine Protease</em> 2 (TMPRSS2), menghambat proses proteolitik dengan menghambat enzim 3Clpro, menghambat aktivitas RNA dependent RNA polymerase (RdRp) yang menghambat pembentukan protein struktural SARS-CoV-2. Selain itu, hesperidin dapat menghambat aktivitas protein virus <em>nucleocapsid</em> dan menghambat sitokin pro-inflammatory. Sebagai kesimpulan, hesperidin dan diosmin dapat menjadi kandidat yang potensial dalam menginhibisi COVID-19.</p>2023-11-21T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 Majalah Kesehatan https://majalahfk.ub.ac.id/index.php/mkfkub/article/view/468Laporan Kasus: GAMBARAN HISTOPATOLOGI HODGKIN LIMFOMA KLASIK MENYERUPAI KARSINOMA PARU2022-08-09T01:47:55+00:00Hendy Setyo Yudantorita.ervina31@gmail.comDiah Prabawati Retnanirita.ervina31@gmail.comRita Ervinarita.ervina31@gmail.comShinta Oktya Wardhanirita.ervina31@gmail.comDjoko Heri Hermantorita.ervina31@gmail.com<p>Limfoma Hodgkin merupakan neoplasma limfoid berasal dari sel B dengan ciri-ciri adanya sel <em>Reed-Sternberg </em> dengan latar belakang sel-sel radang, Limfoma Hodgkin yang melibatkan organ paru terjadi sekitar 15% hingga 40% kasus. Angka kejadian Limfoma Hodgkin ekstra nodal khususnya paru sekitar 3,6%. Seorang pasien wanita usia 31 tahun dengan keluhan batuk lama dan sakit tenggorokan selama satu tahun, dan telah mendapatkan pengobatan rutin, didapatkan penurunan berat badan disertai benjolan pada ketiak kanan berukuran 5 cm, dan dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang radiologi thorak, computed tomography (CT) dengan mengesankan terdapat massa pada paru kanan, kemudian dilanjutkan dengan biopsi dan pulasan imunohistokimia dan di simpulkan sebagai Limfoma Hodgkin, serta pasien menjalani kemoterapi. Biopsi jarum halus atau <em>Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) </em>pada aksila dapat mengetahui adanya metastasis karsinoma, sarkoma atau Limfoma. Pemeriksaan histopatologi pada sediaan biopsi paru dan dilanjutkan dengan pulasan immunohistokimia <em>Cytokeratin</em> (-), CD45 (-), CD20 (-), CD3 (-) pada sel tumor, Ki67 <em>low proliferation index</em>, CD30 (+), dan PAX5 (+), sehingga didapatkan gambaran Limfoma Hodgkin. Limfoma Hodgkin merupakan neoplasma limfoid berasal dari sel B yang sering mengenai nodul limfoid, mengandung sel mononuklear displastik besar dan sel-sel <em>Multinucleated Reed-Sternberg cells</em> yang dikelilingi oleh sel-sel radang campuran non neoplastik, seperti limfosit kecil, eosinophil, netrofil, histiosit dan sel plasma. Dari kasus ini disimpulkan bahwa Limpoma Hodgkin ekstranodul yang melibatkan organ paru merupakan kasus yang jarang terjadi, dengan <em>open biopsy </em>dan perlu dipertimbangkan pemeriksaan immunohistokimia <em> </em>merupakan cara definitif untuk menegakkan diagnosis Limfoma Hodgkin.</p>2023-11-21T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 Majalah Kesehatan FKUBhttps://majalahfk.ub.ac.id/index.php/mkfkub/article/view/596OPTIMASI METODE LOOP MEDIATED ISOTHERMAL AMPLIFICATION UNTUK DETEKSI GEN gyrB Mycobacterium tuberculosis PADA SPESIMEN URIN 2023-02-01T02:57:20+00:00Patricia Gita Naullypatriciagitanaully@gmail.comSevyya Risna Putri Hidashantisevyyarisnaph@gmail.comFini Ainun Qolbi Wasdilipatriciagitanaully@gmail.com<p>Salah satu metode alternatif untuk pemeriksaan tuberkulosis (TB) adalah <em>Loop Mediated Isothermal Amplification</em> (LAMP) dengan gen <em>gyrB</em> sebagai penandanya. Spesimen yang umumnya digunakan untuk pemeriksaan tersebut adalah sputum, namun proses pengambilan dan penanganannya cukup sulit. Maka dari itu, beberapa penelitian menyarankan menggunakan spesimen urin. Tujuan penelitian ini adalah menentukan kondisi optimum metode LAMP dalam mengamplifikasi gen <em>gyrB</em> dari <em>Mycobacterium tuberculosis</em> (MTB) pada spesimen urin. Spesimen urin yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penderita TB di Puskesmas Cimahi Selatan. Penelitian diawali dengan isolasi <em>deoxyribonucleic acid</em> (DNA) dari urin, lalu gen <em>gyrB</em> diamplifikasi dengan metode LAMP. Amplifikasi dilakukan pada berbagai varian suhu yaitu 59–62 <sup>o</sup>C dan konsentrasi DNA <em>template</em> sebesar 25 ng/µL, 50 ng/µL, 100 ng/µL serta 200 ng/µL. Amplikon divisualisasi dengan metode elektroforesis agarose. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gen <em>gyrB</em> yang berukuran 320 bp hanya berhasil diamplifikasi dari DNA <em>template</em> dengan konsentrasi sebesar 100 ng/µL dan 200 ng/µL. Pita amplikon yang paling jelas dan tebal terlihat pada konsentrasi 200 ng/µL. Berdasarkan optimasi suhu amplifikasi diketahui bahwa gen <em>gyrB</em> berhasil diamplifikasi pada suhu 59–62 <sup>o</sup>C, namun pita yang paling tebal terbentuk pada suhu 61<sup>o</sup>C. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa gen <em>gyrB</em> dapat diamplifikasi secara optimum menggunakan metode LAMP pada suhu 61 <sup>o</sup>C dan dengan konsentrasi cetakan DNA sebesar 200 ng/µL.</p>2023-09-04T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 Majalah Kesehatan https://majalahfk.ub.ac.id/index.php/mkfkub/article/view/585TERAPI PSIKORELIGI EFEKTIF MENINGKATKAN SELF-EFFICACY PASIEN LUPUS2022-12-19T07:51:14+00:00Elvira Sari Dewins.elvira@ub.ac.idAyu Widia Kusumaayuwidiak@gmail.comHeriberta Tabita Marta Dewiheriberta.tabita@gmail.comTitin Andri Wihastutiwihastuti.fk@ub.ac.idRidhoyanti Hidayahridhoyanti.fk@ub.ac.idNurul Evinurul.evi32@gmail.com<p><em>Self-efficacy</em> pasien lupus perlu ditingkatkan agar individu memiliki keyakinan dalam mendukung penerimaan terhadap keadaan sakit yang dialaminya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi psikoreligi terhadap <em>self-efficacy</em> pasien lupus di Yayasan Kupu Parahita Indonesia. Penelitian dilakukan dengan metode kuasi eksperimental tanpa kelompok kontrol dengan desain <em>one-group pretest-posttest design</em>. Sebanyak 16 sampel pasien lupus di Yayasan Kupu Parahita Indonesia dipilih acak atau <em>simple random sampling</em>, yang selanjutnya disesuaikan dengan kriteria yang telah ditentukan, kuesioner pengukur <em>self-efficacy</em> yang digunakan yaitu kuesioner <em>General Self-Efficacy</em> (GSE). Terapi psikoreligi yang diberikan dalam penelitian ini yaitu dengan menonton rangkaian video terapi berdurasi 28 sampai 30 menit seminggu sekali selama sebulan. Analisis statistik yang digunakan yaitu uji t berpasangan dengan α = 0,05. Hasil rerata <em>self-efficacy</em> (skor GSE) sebelum dan sesudah terapi adalah 28,25<u>+</u>1,81 dan 33,06<u>+</u>3,39 (<em>p </em>= 0,000). Dapat disimpulkan bahwa terapi psikoreligi efektif dalam meningkatkan <em>self-efficacy</em> pasien lupus. Hasil ini dapat dijadikan dasar terapi alternatif untuk meningkatkan <em>self-efficacy</em> pasien lupus dalam menghadapi sakitnya.</p>2023-11-21T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 Majalah Kesehatan https://majalahfk.ub.ac.id/index.php/mkfkub/article/view/592HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN COMPUTER VISION SYNDROME PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI S1 INFORMATIKA2023-01-16T08:36:51+00:00Ardelia Sabinaardeliasabina.unimus@gmail.comWahju Ratna Martiningsihardeliasabina.unimus@gmail.comAndra Novitasariardeliasabina.unimus@gmail.com<p><em>Computer Vision Syndrome</em> (CVS) didefinisikan sebagai sekumpulan masalah mata dan penglihatan yang berhubungan dengan aktivitas penggunaan komputer. Ditandai adanya gejala visual sebagai hasil dari interaksi dengan tampilan komputer. Gejala okuler utama yang dilaporkan adalah mata tegang, iritasi, sensasi terbakar, mata merah, pandangan buram, penglihatan ganda. Prevalensi kejadian CVS pada mahasiswa teknik dan kedokteran cukup tinggi. Teori sebelumnya menyebutkan bahwa pengetahuan menjadi faktor predisposisi yang mempengaruhi kesehatan seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian CVS pada Mahasiswa Program Studi Informatika Universitas Muhammadiyah Semarang. Metode penelitian adalah observasional analitik dengan desain penelitian <em>cross-sectional</em>. Penelitian dilakukan di Program Studi S1 Informatika Universitas Muhammadiyah Semarang pada bulan Maret 2022. Sampel dipilih menggunakan teknik <em>consecutive sampling</em>. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner tingkat pengetahuan dari penelitian sebelumnya yang telah dimodifikasi dan <em>Computer Vision Syndrome Questionnaire</em> (CVS-Q). Analisis bivariat menggunakan uji <em>Chi Square</em>. Jumlah responden yang sesuai kriteria ekslusi dan inklusi sebanyak 73 orang. Mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan kurang (57,5%), diikuti pengetahuan cukup (21,9%) dan terendah dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak (20,5%). Sebanyak (63%) mengalami <em>CVS</em> dan sisanya yaitu (37 %) tidak mengalami <em>CVS</em>. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian <em>Computer Vision Syndrome</em> p = 0,000 (p < 0,05).</p>2023-11-21T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 Majalah Kesehatan https://majalahfk.ub.ac.id/index.php/mkfkub/article/view/620PERBANDINGAN KADAR VITAMIN D PADA SERUM PASIEN COVID-19 DENGAN ANGGOTA KELUARGA SERUMAH YANG SEHAT2023-02-10T03:42:44+00:00Nataniel Tandirogangn.tandirogang@fk.unmul.ac.idMuhammad Khairul Nuryantokhairul.nuryanto@gmail.comYuliana Kartika Ningrumyulianakartikaningrum@gmail.comRudi Saputrarudisaputra18052001@gmail.comMeiliati Aminyotomeiliati.aminyoto@gmail.com<p>Imunitas merupakan faktor penting dalam mencegah infeksi COVID-19. Vitamin D memiliki peran penting dalam mengatur dan menjaga sistem imun tubuh terutama terhadap infeksi virus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar serum vitamin D antara pasien COVID-19 dengan anggota keluarga serumah yang sehat. Penelitian ini merupakan penelitian <em>cross-sectional</em> dengan subjek penelitian berjumlah 72 responden dari 25 rumah tangga dengan salah satu anggota keluarganya menderita COVID-19. Penentuan status COVID-19 responden menggunakan pemeriksaan <em>real-time </em><em>PCR</em> (RT-PCR). Pasien COVID-19 ini dirawat di RSUD Abdoel Wahab Sjahranie atau menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing. Kadar vitamin D ditentukan dengan mengukur total kadar vitamin D 25-OH menggunakan metode <em>electrochemiluminescence immunoassay</em> (ECLIA) di laboratorium terstandarisasi. Data dianalisis menggunakan independent T-Test dengan signifikansi p<0,05. Rerata kadar serum vitamin D total responden adalah 20,25 ng/mL. Sebanyak 91,7% responden mengalami kekurangan vitamin D dengan rincian pasien COVID-19 memiliki rata-rata kadar serum vitamin D pasien COVID-19 sebesar 21,3 ng/mL (insufisiensi), sedangkan orang sehat adalah 19,2 ng/mL (defisiensi).. Tidak ada perbedaan yang signifikan kadar serum vitamin D antara pasien COVID-19 dengan anggota keluarga serumah yang sehat (p=0,231). Kesimpulan penelitian ini adalah tidak ada perbedaan yang signifikan pada kadar serum vitamin D pasien COVID-19 dengan anggota keluarga serumah yang sehat, namun prevalensi kekurangan vitamin D sangat tinggi.</p>2023-11-21T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 Majalah Kesehatan https://majalahfk.ub.ac.id/index.php/mkfkub/article/view/624PENGUKURAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MAKANAN PENDAMPING ASI SEBELUM DAN SETELAH EDUKASI KESEHATAN DENGAN MEDIA BOOKLET2023-01-03T06:56:52+00:00Darma Putradarma_putra@student.untan.ac.idRini Andrianirini@medical.untan.ac.idIta Armyantiita.armyanti@medical.untan.ac.id<p>Nutrisi merupakan faktor pendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan anak usia bawah lima tahun (balita). Kondisi kekurangan gizi pada balita dapat disebabkan oleh praktik pemberian asupan makan yang kurang tepat (<em>inappropriate feeding practices)</em>. Makanan pendamping air susu ibu (MPASI ) adalah makanan padat dan cair yang diberikan bersama dengan ASI ketika pemenuhan kecukupan gizi yang semakin meningkat seiring bertambahnya usia bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi dengan media cetak <em>booklet</em> terhadap pengetahuan ibu dalam pemberian MPASI pada bayi. Desain penelitian yang digunakan adalah <em>pre-experimental design</em> dengan menggunakan rancangan penelitian <em>one group pretest-posttest design</em>. Populasi penelitian adalah ibu yang mempunyai anak usia 4-8 bulan di wilayah kerja Puskesmas Gang Sehat dan Puskesmas Purnama di Kecamatan Pontianak Selatan. Subjek penelitian diambil secara <em>consecutive sampling</em> dengan jumlah responden sebanyak 75 ibu. Analisis bivariat pengetahuan menggunakan Wilcoxon<em>.</em> Skor pengetahuan sebelum diberikan edukasi MPASI adalah 75,98 lalu meningkat sebesar 82,08 setelah pemberian edukasi. Sejumlah 70% ibu mengalami peningkatan kategori menjadi baik pada skor pengetahuan MPASI. Hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai p = 0,00 (sig < 0,05). Kesimpulan penelitian ini bahwa terdapat peningkatan rerata skor pengetahuan dan kategori pengetahuan setelah diberikan edukasi kesehatan.</p> <p> </p>2023-11-21T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 Majalah Kesehatan